Tuesday 23 September 2008

LUPUS


Lupus adalah sebutan umum dari suatu kelainan yang disebut sebagai Lupus Erythematosus.

Dalam istilah sederhana, seseorang dapat dikatakan menderita penyakit Lupus Erythematosus saat tubuhnya menjadi alergi pada dirinya sendiri. Lupus adalah istilah dari bahasa Latin yang berarti Serigala.


Hal ini disebabkan penderita penyakit ini pada umumnya memiliki butterfly rash atau ruam merah berbentuk kupu-kupu di pipi yang serupa di pipi Serigala, tetapi berwarna putih.

Penyakit ini dalam ilmu kedokteran disebut Systemic Lupus Erythematosus (SLE), yaitu ketika penyakit ini sudah menyerang seluruh tubuh atau sistem internal manusia. Dalam ilmu imunologi atau kekebalan tubuh, penyakit ini adalah kebalikan dari kanker atau HIV/AIDS. Pada Lupus, tubuh menjadi overacting terhadap rangsangan dari sesuatu yang asing dan membuat terlalu banyak antibodi atau semacam protein yang malah ditujukan untuk melawan jaringan tubuh sendiri. Dengan demikian, Lupus disebut sebagai autoimmune disease (penyakit dengan kekebalan tubuh berlebihan).

Jenis penyakit Lupus ini memiliki tiga macam bentuk, yang pertama yaitu Cutaneus Lupus, seringkali disebut discoid yang mempengaruhi kulit. Kedua, Systemic Lupus Erythematosus (SLE) yang menyerang organ tubuh seperti kulit, persendian, paru-paru, darah, pembuluh darah, jantung, ginjal, hati, otak, dan syaraf. Ketiga, Drug Induced Lupus(DIL), timbul karena menggunakan obat-obatan tertentu. Setelah pemakaian dihentikan, umumnya gejala akan hilang.

Penyakit lupus memiliki banyak variasi tampilan gejala yang mungkin munculnya berbeda-beda antar masing-masing pasien. Gejala yang umum terjadi adalah demam, berat badan turun, rambut rontok, nyeri sendi, kelainan kulit (ruam di wajah, sensitif terhadap sinar matahari), sampai masalah pada ginjal, jantung, saluran cerna, dan sistem syaraf. Hal ini terjadi karena antibodi yang ada pada orang dengan lupus (Odapus), tidak hanya dapat menyerang organ tubuh tertentu saja.

Oleh karena itu, obat yang diberikan bisa sama, bisa pula diberikan tambahan obat yang berbeda, sesuai dengan gejala yang muncul. Prednison, yang merupakan obat golongan kortikosteroid, adalah obat yang cukup sering diperlukan oleh Odapus. Dosisnya tentu disesuaikan oleh dokter, tergantung dari gejala yang timbul dan respons dari pasien. Namun terkadang dibutuhkan obat-obat lain seperti obat antimalaria dan obat sitotoksik yang juga digunakan sebagai obat kemoterapi pada pasien kanker.

Pemberian suatu obat, didasarkan pada mekanisme kerjanya. Jadi, mungkin saja obat yang sama digunakan untuk dua penyakit yang kelihatannya berbeda, misalnya parasetamol yang dapat digunakan untuk menurunkan demam juga menghilangkan nyeri. Yang digunakan sebagai dasar pemberian obat pada lupus adalah jika obat tersebut efektif untuk menekan sistem imun (kekebalan tubuh). Saya kira Mbak Tina sudah mengetahui bahwa penyakit lupus disebabkan karena adanya antibodi (zat kekebalan tubuh) yang bekerja berlebihan sehingga menyerang organ-organ tubuh yang sehat. Untuk itu, diperlukan obat yang dapat menekan sistem kekebalan tubuh tersebut agar tidak berlebihan bekerja. Obat sitotoksik pada Odapus berperan sebagai imunosupresan, artinya berperan untuk menekan sistem imun pada tubuh.

Obat imunosupresan biasanya diberikan untuk mengatasi gejala yang berat, di mana dibutuhkan pemberian obat golongan kortikosteroid (prednison) dosis tinggi. Padahal, dosis prednison yang terlalu tinggi dapat menimbulkan efek samping yang berat, yang mungkin bisa lebih berbahaya dibandingkan penyakitnya. Oleh karena itu, diberikan obat imunosupresan dalam jangka waktu tertentu (biasanya paling lama enam bulan) untuk mengganti atau diberikan bersama-sama dengan prednison sehingga dosisnya tidak usah terlalu tinggi.

Jadi, obat imunosupresan dalam pengobatan lupus berguna untuk mengontrol aktivitas penyakit pada organ-organ vital seperti ginjal, otak, jantung, dan paru, serta dapat mengurangi atau meniadakan kebutuhan akan obat kortikosteroid. Dokter tentu akan memberikan obat imunosupresan, juga obat-obat lain, dengan hati-hati, setelah mempertimbangkan manfaat dan risikonya. Jika penyakit telah terkontrol, dapat saja pemberian obat-obatan dihentikan dan yang perlu dilakukan adalah menjaga asupan nutrisi dan pola hidup.


No comments: